Saturday, January 31, 2015

Refleksi Dalam Puisi

REFLEKSI KISRUH KPK VS POLRI

Nuansa kelam menyelimuti, hadirkan tanya di akhlak ini.
Mencari siapa benar,siapa salah.
Realita pelik Indonesia di ujung harap, mengemuka di sekeliling suara penuh mohon.
Perang kata, perang politik, indah dilihat namun urung sepakat.
bukan siapa benar, siapa salah, siapa menang dan siapa yang kalah.

Dunia berubah, teman jadi lawan, dan berperang dalam diam.
Semua tunjuk kuasa, lantas rakyat menunggu.
Menunggu kisruh yang dipreteli politik balas dendam, membunuh lawan tanpa suara, dan berhentilah sesaat menyelamatkan rakyat kecil dalam liang ketidakpastian.

Kamu dan kamu milik rakyat, katanya
Rakyat harap, rakyat ingin.
Namun inginmu, terjerembab dalam lumpur kepongahan,
melabeli diri dengan kuasa, dan semua hingga kapan.

Suara kami tak lagi sepakat, terbelah dalam persepsi
berkaca dalam ilmu, namun ingin kami tetap serupa.
Berdirilah bersama, melangkah dengan pasti,
Indonesia milik kita semua, berhenti bermain.
Berhenti menggerogoti indahnya kebersamaan ini demi ingin semu.
Kita sama, sama untuk rakyat, dan sama untuk Indonesia.

Fransiskus X. Bala Keban (Staf RSPD FLOTIM dan tinggal di Larantuka)

Wednesday, January 28, 2015

Catatan Hidup

CATATAN HIDUP YANG DILUPAKAN

Salahku adalah membiarkan tangan ini melukiskan kisah di balik sisi hidup seorang yang mulai jengah dengan proses pembiaran akan makna dibalik realitas kehidupan yang terlipat oleh waktu. Dan Kutulis kisah ini saat aku tidak lagi bersama mereka yang senantiasa menjadi inspirasiku, tidak juga bersama kumpulan manusia yang senantiasa bercermin tentang ke-diri-an mereka yang tidak sempurna. Iya...hidup telah mengantar aku pada perbedaan ruang dan waktu, menyeretku pada pasungan keadaban hidup yang mulai berdiri menguasai sendi akhlakku dan menciptakan sebuah patron bahwa hidup adalah cerminan kegagalanku untuk menguasainya kembali.  Bagi kebanyakan mereka aku hanya binatang jalanan yang mulai belajar untuk memaknai hidup dengan cara pandangku tanpa harus beriktiar untuk menganggap perbedaan sebagai sebuah keharusan untuk mencoba menjadi orang lain bagi mereka, aku tetap seperti yang dulu. Aku hanya tidak bisa membedakan sebuah cita-cita dan hayalan hingga aku terjerembab pada lubang keangkuhan walaupun keangkuhan ini tak lantas buatku melupakan siapa kalian, dan bagaimana kalian di mataku. Kalian tetap yang terbaik, aku hanya mau menjadi penting ketika orang yang kalian anggap penting mulai melupakan kalian. Aku memang binatang namun masih punya pikiran dan hati untuk melihat hidup ini sebagai sebuah proses belajar yang berbeda dengan pendidikan formal yang kujalani sejauh ini. Aku tetap seperti yang dulu dengan semua ceria yang kalian ajarkan, dengan tangis yang kalian berikan tuk bantuku berdiri sampai saat ini aku dapat menjadi manusia seutuhnya. Hidup memang keras namun percayalah Tuhan tahu kita akan bertemu nanti dan diwaktu tertentu.

Larinya HRS, Bukti Kalau Dia Manusia

    Jagat media sosial kembali dihebohkan dengan berita soal Habib Rizieq Shihab. Bukan soal pelanggaran protokol kesehatan saat tiba ...