Saturday, September 20, 2014

jika semua bukan mimpi


mentari pagi menyapa, menyeruak dan mengganggu mimpiku lantas membuatku tersadar bahwa hari baru kini menyapaku lagi. seonggok luka kutinggalkan di sudut kamar, dan dosa yang berserakan di otakku menjadi jaminan bahwa aku belum lupa bahwa hidup yang kujalani kini beerbeda dari biasanya. mimpi dan harapan yang kemarin bukan bunga tidur bukan pula pelampiasan akan sebuah yang nyata tapi hanya sekedar lewat dipelataran hari dan sepersekian detik harus terpental akibat keegoisanku membangun persepsi. hari kemarin membantuku berdiri, membuatku berjalan walaupun masih terasa lunglai, dan lelah namun semua haruslah jadi cambuk pemberi semangat karena Tuhan bersamaku...mat hari minggu buatku para pembaca sekalian,

Thursday, July 24, 2014

curriculum vitae



CURRICULUM VITAE

Nama               : Fransiskus X. B Keban, S.IKom
TTL                 : Lamalewo, 05 April 1989
Alamat             : Kelurahan Sarotari RT.013 RW.007    Kecamatan Larantuka
No Hp              : 082359259635
Email               : engkykeban@gmail.com, FB: engq arjun keban, Blog: arjunkeban@blogspot.com
Pendidikan       :
1.      TKK Kemala Bhayangkara (1994-1995)
2.      SDK Lebao Tengah 1(1995-2001)
3.      SMPK St. Gabriel (2001-2004)
4.      SMA Seminari San Dominggo – Hokeng (2004-2008)
5.      Novisiat Sang Sabda (SVD) Kuwu – Manggarai (2008-2009)
6.      Universitas Nusa Cendana – Kupang (2009-2014)
Pengalaman Berorganisasi:
1.      Pembantu Pembina Pramuka Gudep SMPK St. Gabriel
2.      Anggota Osis SMPK St. Gabriel
3.      Ketua Bidang Pers SMA Seminari San Dominggo-Hokeng 2007
4.      Anggota BEM FISIP Undana 2011
5.      Anggota BLM FISIP Undana 2012
6.      PLT Ketua Komisariat LMNasDem FISIP-Undana
7.      Ketua Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St. Agustinus Fisip 2011/2012
8.      Anggota Pramuka Gudep Undana 2010
9.      Pernah melakukan tugas magang di LP2TRI NTT
10.  Sekarang aktif menulis di media lokal NTT dalam bentuk Puisi dan Esai.

           

surat buat sahabat




20140527_170153.jpgREFLEKSI: SURAT BUAT SAHABAT



           








        



    Hari melangkah dan waktu meniti jalannya dan hidupku pun bersamanya. Sepersekian langkah kaki, terhenti di pojok ini mencoba menengok jejak kaki yang kutinggalkan. Banyak cerita indah dan pahit menghampiri petualanganku, dan menyeretku pada pengakuan bahwa hidup ini memang penuh makna. BBC, KMK, COPPER ’09 dan sejuta pertemanan yang kurajut membantuku sebagai individu melebur jadi kekuatan     yang melangkah mengiringi kaki yang mulai lelah menghadapi sejumput persoalan hidup ini.
            Hidup menawarkan sejuta kisah, menyudutkan apa dan bagaimana jalannya, menyerang pribadi untuk kuat dan kubangga jadi bagian dari persahabatan ini walaupun seringku jatuh dan bergumul dalam lilitan dosa diakhirnya. Tuhan tak menutup mata, kalau malaikat tak bisa kulihat, tak bisa dideskripsikan secara pasti maka aku hanya tahu bahwa malaikatku adalah mereka (baca: sahabatku) yang menemaniku melangkah sejauh ini. Kutahu terima kasih tak berarti selesai, bukan panasea, bukan juga sekedar pamitan karena sahabat tak mengenal akhir, tak mengenal kata berhenti. Dia selalu ada walaupun jiwa rapuh ini tak lagi bersama tubuh kerdil ini. Dan aku tetap ada untuk kalian sahabatku.

                                                           
                                                                                                            Fransiskus X. B Keban

Hidup adalah Kamu



Hidup adalah Kamu

Lipatan kertas kehidupan penuh kerutan,
berbadu bak percikan air di cadas,
menyisahkan tanya apakah masih baik adanya?
            Kerutan atas lipatan ini bermegah dalam rindu,
            menyeret pengharpan pada pengakuan, dan menghempaskannya nmenuju inginku.
            Cukupkah?
Kekalutan hati,
melepaskan angan,
berdiri atas mimpi dan menyuarakan sedikit kecewa.
Lantas buatku termangu dalam bingung inikah hidup?
            Kaki malas melangkah, walau uratnya mampu
            tangan malas terkatup, walau sendi masih punya kekuatan
            dan semua tetap indah karena hidup adalah kamu.

                                                                                    Fransiskus X. B Keban

Saturday, July 19, 2014

Surat Untuk Pemimpin



SURAT UNTUK PEMIMPIN

Detik kemenangan menanti,
 berpeluh keringat di ujungnya mengawal suara rakyat katanya.
Sorot mata tertuju, dan hati pun turut menanti
pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan katanya.
            Bak gayung bersambut, surat pun melayang
            menanti jawaban atas serpihan kata-kata rakyatmu ini.
Pemimpinku...
Kutitipkan Negeri carut –marut padamu, bukan sekedar untuk dibuat berwarna kelabu
dan diiringi tangis, bukan juga dipolesi dengan kebohongan karena kami bosan dibohongi.
Negeri pesakitan ini, semakin sakit jika tanganmu salah mendiagnosa sakitnya dan berujung salah
memberi obat.
10 jarimu, kami percaya...
Warna Negeri ini semakin berwarna jika kalian mengakui perbedaan yang menguatkan kita, karena
Bhineka Tunggal Ika jadi pedoman.
Koruptor jangan diberi ampun, penjahat akan terus menjadi penjahat jika kesempatan tak lagi
dimaknai sebagai pertobatan.
Negeri ini di titik nadir, elit bermain dan rakyat meringis kesakitan.
            Pemimpinku...
            Negeri ini bukan barat, bukan juga timur namun negeri tanpa batas
jemarimu selalu jadi pembeda.
5 tahun bukan waktu lama, bergegas secepat mungkin sebelum langkah mundur
menghampiri.
Kami bosan menunggu, menunggu dikibuli, dan diajak untuk mundur.
Kaki dan tangan ini senantiasa bersama, dan hati ini selalu mendukungmu melangkah
menggapai Indonesia Baru yang lebih baik. Kami selalu penuh harap.
                                                                                    Fransiskus X. B Keban

Tuesday, July 15, 2014

kita memilih

KITA MEMILIH



Negeri berpeluh keringat, berdiri dipersimpangan menanti sentuhan
dan kita menatap ingin melangkah namun menjadi sia-sia.
Semua tak lagi sama, pemimpin murka dan rakyat tertidur.
mirisnya angan berkutat dalam mimpi
Negeri apakah ini? Atau malu menjadi orang Indonesia?

            Kini semua berlomba bak kuda pacu, berkoar tak mau kalah
            Habis itu, membuat janji namun berhenti menempati dan tanya pun menghampiri.
Bukan siapa tapi apa, apa yang nyata diantara yang abstrak,
dan apa yang layak diantara apa yang seharusnya ada,
kitalah yang memilih.

Di seberang negeri,  di pelataran duka berdiri kelompok tersisih
mengais hidup dengan semua kekurangan yang dimiliki,
mengeluh dengan mentari, mencoba mengempas nasib dengan waktu.
Dan Tuhan menjadi saksi di antara peluh, sementara mereka menutup mata,
membiarkan semua larut dalam kemiskinan,dan kita memilih.

            Langit belum memberi jawaban, gundah pun tak lapuk dan semua menagih janji
            Pilihan tetap pilihan namun menentukan, dan kita yang memilih.
            Indonesia menanti, apakah tetap menangis ataukah gembira menghampiri?

                                                                                                Fransiskus X. B Keban


Larinya HRS, Bukti Kalau Dia Manusia

    Jagat media sosial kembali dihebohkan dengan berita soal Habib Rizieq Shihab. Bukan soal pelanggaran protokol kesehatan saat tiba ...