SURAT UNTUK
PEMIMPIN
Detik
kemenangan menanti,
berpeluh keringat di ujungnya mengawal suara
rakyat katanya.
Sorot
mata tertuju, dan hati pun turut menanti
pemimpin
Indonesia 5 tahun ke depan katanya.
Bak gayung bersambut, surat pun
melayang
menanti jawaban atas serpihan
kata-kata rakyatmu ini.
Pemimpinku...
Kutitipkan
Negeri carut –marut padamu, bukan sekedar untuk dibuat berwarna kelabu
dan
diiringi tangis, bukan juga dipolesi dengan kebohongan karena kami bosan
dibohongi.
Negeri pesakitan
ini, semakin sakit jika tanganmu salah mendiagnosa sakitnya dan berujung salah
memberi
obat.
10
jarimu, kami percaya...
Warna
Negeri ini semakin berwarna jika kalian mengakui perbedaan yang menguatkan
kita, karena
Bhineka
Tunggal Ika jadi pedoman.
Koruptor
jangan diberi ampun, penjahat akan terus menjadi penjahat jika kesempatan tak
lagi
dimaknai
sebagai pertobatan.
Negeri
ini di titik nadir, elit bermain dan rakyat meringis kesakitan.
Pemimpinku...
Negeri ini bukan barat, bukan juga
timur namun negeri tanpa batas
jemarimu
selalu jadi pembeda.
5
tahun bukan waktu lama, bergegas secepat mungkin sebelum langkah mundur
menghampiri.
Kami
bosan menunggu, menunggu dikibuli, dan diajak untuk mundur.
Kaki
dan tangan ini senantiasa bersama, dan hati ini selalu mendukungmu melangkah
menggapai
Indonesia Baru yang lebih baik. Kami selalu penuh harap.
Fransiskus X. B Keban
No comments:
Post a Comment